--> Skip to main content

Dagangan Ludes Terjual Tapi Kok Sedih

DWISU.WEB.ID - Sebagai pengusaha kuliner kelas teri seperti saya dagangan ludes terjual menjadi dambaan saya setiap berjualan maklumlah omsetnya juga kecil masih dibawah seratus ribu sekali mangkal. Sudah setahun lebih saya menekuni usaha martabak mini manis yang mangkalnya cuma sebentar paling lama 2 jam dan paling cepat 1/2 jam jadi wajar jika omsetnya juga terbatas.
Dagangan Ludes

Pagi hari meski dari jam 5.20 saya sudah mulai membuat adonan (Ngadon) tapi saya baru mulai mangkal pada jam 6.30 sampai jam 7.00 disebuah sekolah dasar swasta. Jam tersebut merupakan jam berangkat sekolah. Siang harinya saya mangkal lagi disekolah tersebut pada jam pulang sekolah sekitar pukul 15.00. Dilanjutkan dengan mangkal disebuah TPQ pada jam 16.30. Saya masih menekuni usaha ini karena waktu jualannya sebentar jadi selesai jualan saya masih bisa usaha lainnya contohnya bisnis internet bahkan masih bisa mengantar anak sekolah.

Dari waktu-waktu mangkal tersebut yang paling banyak omsetnya adalah pada pagi hari walaupun terkadang sepi namun sesepi-sepinya jualan dipagi hari setidaknya saya bisa menjual 60 potong martabak mini dengan harga mulai Rp.1000 hingga Rp.2000. Makanya saya semangat kalau jualan pagi selain lebih laku dibanding waktu jualan lainnya suasananya juga enak, adem karena masih pagi.

Sejak tahun ajaran baru kemarin Alhamdulillah Omset dagangan martabak mini manis saya di pagi hari cenderung naik, kalau biasanya paling-paling 60 potong sekarang meningkat menjadi 80 potong. Selidik punya selidik ternyata siswa kelas 1 atau  murid baru banyak yang membeli jadi langganannya bertambah. Maklum saja martabak mini manis cukup digemari kalangan anak-anak apalagi mengenyangkan jadi bisa buat sarapan.

Meski omset naik namun kadang saya merasa sedih, Kok Bisa? Bukan karena jumlah uangnya namun akhir-akhir ini jualan saya selalu diantri. Parahnya pembeli yang kebanyakan orang tua murid yang mengantar, datangnya bersamaan dan menjelang bel masuk sekolah. Akibatnya pembeli saling berebut untuk buru-buru dilayani apalagi kalau yang beli ibu-ibu yang akan membelikan buat anaknya terkadang main serobot saja tidak memperhatikan siapa yang duluan datang.

Saya sendiri sudah berusaha untuk melayani yang datang duluan namun namanya juga manusia yang IQ nya biasa-biasa saja kadang salah duga. Maksudnya yang belakangan saya layani yang duluan tidak. Hal ini bisa terjadi karena yang antri lebih dari 4 orang dan terus bertambah hingga bel masuk sekolah jadi kadang karena datangnya rombongan saya lupa siapa yang pesan duluan.

Akibatnya seringkali saya kena semprot Ibu-ibu.bahkan bapak-bapak juga iya. Kalau Ibu-ibu sih mungkin marahnya nggak terlalu kasar tapi kalau bapak-bapak, kalau marah seperti ngajak berantem saja. " Gimana sih Om..yang Duluan kok belum dilayani !" sambil pasang muka serem. Sayasih karena merasa salah paling hanya diam dan segera melayani pembeli yang komplain.

Kejadian ini tidak sekali dua kali terjadi bahkan pernah antar ibu-ibu malah ribut. Itulah yang kadang membuat saya sedih meski dagangan saya ludes terjual. Ada perasaan bersalah kalau ada pembeli yang marah-marah karena saya mendahulukan melayani yang datang belakangan meski saya tidak menyadarinya.

Hikmah dari kejadian ini, Dibalik dagangan yang selalu ludes terjual ternyata mendatangkan sebuah masalah baru yaitu banyaknya yang mengantri dimana jika saya tidak bisa mengatasinya dengan baik akan membuat saya repot sendiri. Namun karena memang agak sulit saya harus siap mendapatkan semprotan dari Ibu-ibu atau bapak-bapak.


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar