Prahara Dihari Kedua Puasa Ramadhan
DWISU.WEB.ID, Prahara Dihari Kedua Puasa Ramadhan - Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang berkah termasuk bagi para penjual makanan takjil karena makanan untuk berbuka puasa ini banyak diburu seperti kolak, es buah, sop buah, gorengan dan lain-lain. Tak heran jika memasuki bulan Ramadhan banyak bermunculan penjual makanan takjil dadakan disepanjang jalan atau pusat-pusat keramaian.
Sebagai pebisnis kuliner saya juga tak ketinggalan mencoba peruntungan siapa tahu mendapatkan keberkahan dibulan Ramadhan yaitu dengan berjualan martabak mini. Tahun ini merupakan untuk pertama kalinya saya berjualan martabak mini dibulan Ramadhan karena ditahun sebelumnya saya memilih untuk libur selama sebulan. Waktu itu Saya beranggapan martabak mini kurang cocok untuk berbuka puasa.
Namun Anggapan itu berubah, Kenapa tidak dicoba dulu? Siapa tahu ada peminatnya apalagi harganya cuma seribu perak. Nah itulah mengapa tahun ini saya memutuskan untuk berjualan martabak mini apapun hasilnya. Hari pertama Puasa Ramadhan saya belum jualan karena survey tempat mangkalnya dulu, prioritas yang terdekat dari rumah biar tidak repot. Setelah mutar-muter akhirnya saya menemukan lokasi yang banyak penjual makanan takjil berkumpul, soalnya kalau jualan sendirian biasanya jarang yang tertarik mampir.
Lokasinya tidak jauh dari lokasi saya mangkal saat berjualan dipasar kaget pada hari biasa. Tak banyak persiapan yang saya lakukan karena semuanya sudah siap. Untuk jualan martabak mini perdana dihari ke-2 bulan Ramadhan ini saya hanya membawa adonan sedikit pertimbangannya mungkin belum banyak yang tahu saya berjualan.
Saya mulai membuat adonan pada pukul 15.45 selepas Mandi dan Berjamaah sholat Ashar dimasjid. Kemudian saya berangkat ke tempat mangkal pada pukul 16.30. Pas saya datang sudah ada penjual makanan takjil lainnya yang sudah buka seperti penjual baso ikan, Sosis bakar, Gorengan , Siomay, Kolak. Berbeda dengan penjual makanan takjil lainnya yang sudah menyetok dagangan, saya memilih hanya mencetak beberapa potong martabak saja jika sudah habis baru saya mencetak lagi.
Namanya juga baru pertama kali jualan belum banyak yang tahu jadi sampai pukul 17.00 belum juga mendapatkan penglaris ( Pembeli) namun saya tetap bersabar hingga akhrinya saya mendapatkan pembeli pertama dan uniknya pembelinya pelanggan saya dihari biasa. Mendekati waktu berbuka puasa atau sekitar jam 17.30 barulah saya cetak semua adonan martabaknya pertimbangan saya kalau habis Alhamdulillah kalau sisa juga bisa buat makanan takjil bagi anak saya atau dibagikan ke tetangga itung-itung sedekah.
Sayangnya disaat saya sedang melayani pembeli ketika mendekati waktu berbuka puasa ada sebuah kejadian yang cukup menghebohkan bagi saya, sesama penjual dan warga disekitar lokasi saya mangkal. Penjual gorengan disebelah saya mangkal kebetulan sedang mengganti gas Elpiji 3 kg, tak disangaka-sangka begitu kompor dihidupkan api langsung menyambar ke regulator gas sehingga terbakar tabung gasnya.
Saya menduga penjulnya kebetulan Ibu-ibu kurang hati-hati /ceroboh saat memasang regulator gas, tidak memperhatikan dulu apakah gasnya bocor atau tidak karena bisa saja karetnya kurang pas atau kurang rapat regulatornya sehingga masih bocor tapi kompor langsung dinyalakan. Saya sendiri baru pertama kali melihat kebakaran gas elpiji 3 kg jadi saya ,masih bingung saat mau menolong penjual gorengan tersebut. Perasaan saya diliputi rasa takut gasnya meledak seperti bom karena api sudah menyala diregulator gasnya sehingga saya memilih menjauhi tabung gas yang terbakar tersebut.
Orang-orang disekitar lokasi juga ikut panik bahkan ada ibu-ibu yang berteriak-teriak, beberapa bapak-bapak pemberani berinisiatif mematikan api dengan menggunakan pasir namun tak mati juga lalu sebagian lain berinisiatif mematikan api dengan menggunakan kain yang sudah dibasahi dengan air. Awalnya sih gagal tapi setelah mencoba beberapa kali akhirnya api bisa padam.
Dengan kejadian tersebut saya memutuskan untuk pulang saja meski martabaknya belum habis karena pembeli sudah terlanjur panik sehingga memutuskan untuk pulang juga.
Itulah kisah saya ,Prahara dihari kedua puasa Ramadhan semoga dihari-hari berikutnya kejadian tersebut tidak menimpa penjual makanan takjil karena bisa mengakibatkan jualan sepi.
Sebagai pebisnis kuliner saya juga tak ketinggalan mencoba peruntungan siapa tahu mendapatkan keberkahan dibulan Ramadhan yaitu dengan berjualan martabak mini. Tahun ini merupakan untuk pertama kalinya saya berjualan martabak mini dibulan Ramadhan karena ditahun sebelumnya saya memilih untuk libur selama sebulan. Waktu itu Saya beranggapan martabak mini kurang cocok untuk berbuka puasa.
Namun Anggapan itu berubah, Kenapa tidak dicoba dulu? Siapa tahu ada peminatnya apalagi harganya cuma seribu perak. Nah itulah mengapa tahun ini saya memutuskan untuk berjualan martabak mini apapun hasilnya. Hari pertama Puasa Ramadhan saya belum jualan karena survey tempat mangkalnya dulu, prioritas yang terdekat dari rumah biar tidak repot. Setelah mutar-muter akhirnya saya menemukan lokasi yang banyak penjual makanan takjil berkumpul, soalnya kalau jualan sendirian biasanya jarang yang tertarik mampir.
Lokasinya tidak jauh dari lokasi saya mangkal saat berjualan dipasar kaget pada hari biasa. Tak banyak persiapan yang saya lakukan karena semuanya sudah siap. Untuk jualan martabak mini perdana dihari ke-2 bulan Ramadhan ini saya hanya membawa adonan sedikit pertimbangannya mungkin belum banyak yang tahu saya berjualan.
Saya mulai membuat adonan pada pukul 15.45 selepas Mandi dan Berjamaah sholat Ashar dimasjid. Kemudian saya berangkat ke tempat mangkal pada pukul 16.30. Pas saya datang sudah ada penjual makanan takjil lainnya yang sudah buka seperti penjual baso ikan, Sosis bakar, Gorengan , Siomay, Kolak. Berbeda dengan penjual makanan takjil lainnya yang sudah menyetok dagangan, saya memilih hanya mencetak beberapa potong martabak saja jika sudah habis baru saya mencetak lagi.
Namanya juga baru pertama kali jualan belum banyak yang tahu jadi sampai pukul 17.00 belum juga mendapatkan penglaris ( Pembeli) namun saya tetap bersabar hingga akhrinya saya mendapatkan pembeli pertama dan uniknya pembelinya pelanggan saya dihari biasa. Mendekati waktu berbuka puasa atau sekitar jam 17.30 barulah saya cetak semua adonan martabaknya pertimbangan saya kalau habis Alhamdulillah kalau sisa juga bisa buat makanan takjil bagi anak saya atau dibagikan ke tetangga itung-itung sedekah.
Sayangnya disaat saya sedang melayani pembeli ketika mendekati waktu berbuka puasa ada sebuah kejadian yang cukup menghebohkan bagi saya, sesama penjual dan warga disekitar lokasi saya mangkal. Penjual gorengan disebelah saya mangkal kebetulan sedang mengganti gas Elpiji 3 kg, tak disangaka-sangka begitu kompor dihidupkan api langsung menyambar ke regulator gas sehingga terbakar tabung gasnya.
Saya menduga penjulnya kebetulan Ibu-ibu kurang hati-hati /ceroboh saat memasang regulator gas, tidak memperhatikan dulu apakah gasnya bocor atau tidak karena bisa saja karetnya kurang pas atau kurang rapat regulatornya sehingga masih bocor tapi kompor langsung dinyalakan. Saya sendiri baru pertama kali melihat kebakaran gas elpiji 3 kg jadi saya ,masih bingung saat mau menolong penjual gorengan tersebut. Perasaan saya diliputi rasa takut gasnya meledak seperti bom karena api sudah menyala diregulator gasnya sehingga saya memilih menjauhi tabung gas yang terbakar tersebut.
Orang-orang disekitar lokasi juga ikut panik bahkan ada ibu-ibu yang berteriak-teriak, beberapa bapak-bapak pemberani berinisiatif mematikan api dengan menggunakan pasir namun tak mati juga lalu sebagian lain berinisiatif mematikan api dengan menggunakan kain yang sudah dibasahi dengan air. Awalnya sih gagal tapi setelah mencoba beberapa kali akhirnya api bisa padam.
Dengan kejadian tersebut saya memutuskan untuk pulang saja meski martabaknya belum habis karena pembeli sudah terlanjur panik sehingga memutuskan untuk pulang juga.
Itulah kisah saya ,Prahara dihari kedua puasa Ramadhan semoga dihari-hari berikutnya kejadian tersebut tidak menimpa penjual makanan takjil karena bisa mengakibatkan jualan sepi.