--> Skip to main content

Pengalaman Sunat Anak Metode Laser

Sunat Laser

DWISU.WEB.ID - Salah satu kewajiban orang tua kepada anak laki-laki adalah mengkhitankan anak. Khitan atau sunat merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Alhamdulillah pada tanggal 15 November 2020 saya telah menyunatkan anak pertama saya,  Husain usianya 10 tahun. Saya memutuskan menyunatkan anak karena momentumnya pas.

Anak saya telah berusia 10 tahun dimana pada usia tersebut sudah ditekankan untuk melakukan sholat 5 waktu. Dengan sunat ibadahnya lebih sempurna karena najis yang ada dikulup tidak ada lagi. Kemudian bulan Desember ini sekolah sudah mulai libur jadi waktunya pas. Rencana ini sebenarnya sudah saya pikirkan sebelumnya.

Keinginan itu semakin kuat ketika saya mendapatkan rezeki sehingga dana untuk sunatnya ada ditambah lagi ibu saya sedang ada dirumah Adik yang lokasinya berdekatan dan rencananya Ibu saya mau pulang ke kampung.

Sayapun mulai mencari-cari tempat untuk sunatnya yang dalam bahasa medisnya sirkumsisi dan menurut adik saya, Klinik Budi Asih yang lokasinya juga masih diperumahan Mega Regency Serang Baru Bekasi membuka layanan sunat. Klinik ini merupakan cabang dari sebuah Rumah Sakit yang namanya sama Budi Asih.

Saya sempat bingung karena menjelang liburan ada penawaran sunat masal dari sebuah perusahaan swasta yang saya temukan di grup wali murid sekolah. Penawaran ini cukup menarik karena gratis dan mendapatkan bingkisan serta uang. Namun setelah saya baca dengan seksama ternyata sunat masal ini lebih diutamakan untuk anak yatim.

Karena tidak ingin merebut hak anak yatim walaupun tidak ada larangan serta masukan dari saudara untuk sunat mandiri akhirnya saya tidak mendaftar untuk sunat masal.

Pada tanggal 14 Desember 2020 setelah bermusyawarah dengan istri dan meyakinkan anak saya akhirnya saya pergi ke Klinik Budi Asih sekitar jam 10 pagi untuk mencari informasinya. Sesampainya disana saya bertanya kepada petugas jaga atau semacam resepsionis. Saya menanyakan apakah disini membuka layanan sunat? Jawabnya katanya Ada. Sayapun bertanya-tanya bagaimana caranya. Menurut petugas, saya harus daftar dulu dan menentukan ahlinya.

Baca juga : Malas Potong Kuku Kaki Begini Akibatnya 

Saya tidak langsung mendaftar tapi pulang dulu untuk musyawarah lagi dengan istri serta adik saya dan karena semuanya oke akhirnya sorenya saya datang lagi ke klinik untuk mendaftar sunat. Setelah saya mendaftar saya ditanya maunya kapan? Saya jawab, kalau besok bisa? Kata perawatnya bisa. Saya ditanya lagi mau sunat laser atau manual. Sayapun menjawab manual.akhirnya sayapun mendaftar sunat dengan menulis fomulir dan besok saya datang lagi.

Kenapa saya memilih sunat manual? Berdasarkan pengalaman teman yang menyunatkan anak katanya sunat manual lebih bagus hasilnya. Saya sendiri karena belum pernah menyunatkan anak jadi termakan pendapat teman saya ini sehingga saya menganggap sunat manual lebih bagus.

Keesokan harinya sekitar jam 8 pagi saya dan anak saya dengan diantar tetangga menggunakan mobil menuju ke klinik Budi Asih. Sesampainya disana saya harus menunggu petugas atau perawat yang akan melakukan sunat. Oh ya hampir lupa untuk petugas yang menyunatkan anak saya bukanlah dokter tapi perawat. Buat saya nggak masalah karena dulu saya waktu kecil juga disunat bukan oleh dokter tapi perawat.

Saya harus menunggu selama 1 jam sampai petugas sunatnya datang. Orangnya masih muda dan memakai seragam perawat. Saya melihat kedatangannya karena kliniknya kecil dan pintu masuknya satu. Saya juga melihat perawat ini menyiapkan peralatan karena ternyata lokasi untuk menyunatkan ada didepan ruang tunggu.

Sayapun dipanggil dan anak saya juga ikut masuk keruang tindakan. Anak saya disuruh rebahan dikasur yang tengahnya ada lubangnya, Peralatan juga sudah siap disana. Namun sebelum menyunatkan, perawat ini meyakinkan saya untuk sunat dengan metode laser saja alasannya tidak mengeluarkan darah yang banyak sehingga cepat sembuh. Perawat ini juga mengatakan kebanyakan anak yang sunat menggunakan metode laser.

Akhirnya sayapun terpengaruh dan memutuskan untuk sunat dengan metode laser. Saya dipersilahkan untuk mendampingi anak saya. Pada saat pemberian obat bius atau istlahnya dibaal saya disuruh menenangkan anak saya karena memang sakit. Anak saya memang terlihat tegang namun karena ada saya jadi bisa tenang tidak mengerang kesakitan atau menangis.

Setelah proses pemberian obat bius anak saya dites apakah sakit atau tidak ketika kelaminnya disentuh. Kata anak saya tidak sakit, perawat meyakinkan lagi untuk kedua kalinya namun anak saya tetap menjawab tidak. Akhirnya proses sunatpun dilakukan, anak saya disuruh memegang HP dan memainkan game.

Saya lihat sendiri saat kulupnya dipotong menggunakan laser dan memang benar sepenglihatan saya tidak mengeluarkan darah. Ternyata anggapan saya selama ini salah. Saya pikir sunat laser itu mengunakan sinar laser seperti rontgen ternyata tidak, meski mengunakan laser tapi laser tersebut disalurkan ke benda semacam kawat sampai membara. Kemudian benda semacam kawat inilah yang digunakan untuk memotong kulup.

Setelah kulup berhasil dipotong tindakan selanjutnya adalah menjahit kulupnya. Saya melihat sendiri proses menjahitnya sampai selesai. Setelah proses menjahit selesai maka proses sunat ini juga selesai. Saya diberi arahan oleh perawat gimana caranya biar cepat sembuh dan perlakuannya. Anak saya diberi celana dalam khusus setelah itu keluar dari ruang tindakan selanjutnya menunggu obat.

Ketika obatnya sudah siap sayapun dipanggil untuk menebus obat sekalian bayar. Tarifnya Rp.450.000 dan anak saya diberi kesempatan sekali untuk kontrol tanpa harus membayar lagi. Setelah semuanya selesai sayapun pulang. Alhamdulilah akhirnya proses sunat anak saya bisa berjalan dengan lancar.

Bekasi, 15 November 2020

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar